Selasa, 11 Mei 2010

apa salahku

apa salahku kau buat begini
kau tarik ulur hatiku hingga
sakit yang kurasa

apa memang ini yang kamu inginkan
tak ada sedikit pun niat tuk
serius padaku

katakan yang sebenarnya
jangan mau tak mau
seperti ini

akhirnya kini aku mengerti
apa yang ada di pikiranmu selama ini
kau hanya ingin memainkan perasaanku
tak ada hati, tak ada cinta

apa memang ini yang kamu inginkan
tak ada sedikit pun niat tuk
serius kepadaku

Selasa, 04 Mei 2010

menulis drama berdasarkan kisah nyata

Pengertian, Jenis, dan Bahan Penulisan Drama
Pengertian Drama
a. Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.

b. Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action (Harymawan, 1988:1). Menurut Aristoteles, drama adalah tiruan (imitasi) dari action (Dietrich, 1953:3). Ada beberapa pengertian yang dirumuskan oleh banyak ahli di bidang drama: Menurut Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented action). Menurut Brander Mathews, konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama. Menurut Ferdinand Brunetierre, drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action. Menurut Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak. Menurut Dietrich, drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan dengan menggunakan percakapan dan action pada pentas di hadapan penonton (audience).
Drama adalah cerita tentang konflik manusia, kita tidak bisa memahami sampai kita tahu kapan, mengapa, dan bagaimana konflik manusia. Drama adalah cerita dalam bentuk dialog, drama tak lebih dari interpretasi kehidupan, drama adalah salah satu bentuk kesenian. Drama dirancang untuk penonton, drama bergantung pada komunikasi. Jika drama tidak komunikatif, maksud pengarang, pembangun respon emosional tidak akan sampai (Dietrich, 1953:4).
Mempelajari naskah drama dapat dilakukan dengan cara mempelajari dengan seksama kata-kata, ungkapan, kalimat atau pernyataan tertentu yang dipergunakan oleh pengarang dalam naskah drama yang ditulisnya. Memang penonton mungkin tidak pernah membaca sendiri dialog dalam naskah. Mereka mendengarkan dialog diucapkan oleh aktor di panggung (Ghazali, 2001:2)
Berdasarkan beberapa teori tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa drama adalah sebuah lakon atau cerita berupa kisah kehidupan dalam dialog dan lakuan tokoh berisi konflik manusia. Drama sebagai karya sastra dapat dibedakan menurut dua penggolongan mendasar yaitu drama sebagai sastra lisan dan drama sebagai karya tulis. Sebagai sastra lisan drama adalah teater, sedang drama sebagai karya tulis adalah peranan naskah terhadap komunikasi drama itu sendiri. Dalam hal ini lebih ditekankan aspek pembaca drama daripada penonton, dan merubah pendekatan yang berorientasi kepada aktor ke pendekatan yang berorientasi terhadap naskah.


Jenis Drama

Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.

1. Drama Baru / Drama Modern adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.

Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :

1. Drama Komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.

Bahan Penulisan Drama

Tokoh

Drama dibangun dari konflik, karakter manusia adalah bahan dasarnya. Drama adalah cerita tentang tokoh manusia dalam konflik. Pertunjukan yang dramatis harus menggambarkan kehidupan dari tokoh-tokohnya (Dietrich, 1953:25). Tidak ada drama tanpa pelaku, bagaimanapun bentuk dan jenis drama tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam karya sastra selalu diemban atau terjadi atas diri tokoh-tokoh tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita, sehingga peristiwa tersebut mampu menjalin suatu cerita yang padu disebut tokoh (Maryaeni, 1992:39). Inti sebuah naskah drama terletak pada hadirnya keinginan seorang tokoh dan ia berjuang keras untuk mencapainya. Hidup bagi tokoh itu akan terasa tidak bermakna jika tujuan atau cita-cita yang ingin dicapainya itu kandas di perjalanan. Berbagai cara dia lakukan untuk memperoleh keinginan atau tujuan hidupnya (Ghazali, 2001:10).
Dengan demikian berdasarkan beberapa pengertian diatas, untuk menganalisis tokoh dan hadirnya pola motivasional tokoh dapat dilakukan melalui pemahaman dialog dan tingkah laku atau perbuatan tokoh yang hadir dalam drama.
Situasi/Latar. Jika situasi adalah dasar dari gerak kehidupan, begitu pula dalam drama. Setiap lakon adalah rentetan situasi, dimulai dari situasi yang berubah dan berkembang selama action terlaksana. Bahannya bersumber pada kehidupan, sedangkan drama adalah penggarapan bahan tersebut (Dietrich, 1953:25). Latar adalah lingkungan tempat untuk mengekspresikan diri tokoh, dan tempat terjadinya peristiwa. Latar dapat berfungsi sebagai metominia atau metafora yaitu sebagai ekspresi dari tokoh-tokoh yang ada (Wellek & Warren, 1990:291). Menurut Aminuddin (1986:136) fungsi latar adalah: (1) fungsi fisikal, memberikan informasi situasi (ruang dan tempat) sebagaimana adanya sehingga sebuah cerita menjadi logis, (2) fungsi psikologis, sebagai keadaan batin para tokoh atau menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual tokoh, bila later tersebut mampu menuansakan makna tertentu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan macamnya latar dibagi atas latar fisik dan latas sosial. Sedang secara fungsional latar dapat dibedakan menjadi latar fisik dan latar psikologis.

Tema/Topik

Topik atau tema adalah ide pokok dari lakon atau drama. Tema mungkin adalah maksud dan keinginan pengarang, mungkin sebuah kisah nyata yang benar-benar terjadi, atau bisa jadi imajinasi pengarang berdasarkan latar belakang dan pengalaman hidupnya (Dietrich, 1953:25). Dalam drama istilah tema sering disebut dengan istilah premise, yang berperan sebagai landasan pengembangan pola bangun cerita (Harymawan, 1988:24). Tema merupakan pokok pikiran atau sesuatu yang melandasi suatu karya sastra diciptakan. Tema merupakan sesuatu yang paling hakiki dalam setiap karya sastra meskipun tidak meninggalkan dan mengesampingkan unsur lainnya (Maryaeni, 1992:32).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penulis mengembangkan ceritanya didasari oleh pemahaman sebuah tema. Namun sebaliknya seorang pembaca untuk memahami sebuah tema harus lebih dulu memahami unsur-unsur signifikan naskah yang menjadi media pemapar tema.


Struktur Lakuan Drama

Betapapun seandainya sebuah naskah dikembangkan menjadi naskah tanpa plot, namun tetap ada tuntutan bahwa pengembangan tokoh harus jelas melalui rangkaian tertentu. Menurut Ghazali (2001:7), plot sebuah naskah drama ialah pengembangan peristiwa-peristiwa dramatik melalui munculnya motivasi-motivasi yang mengenai karakter tersebut.
Aristoteles membagi permainan dalam dua bagian yaitu komplikasi dan penyelesaian. Dari pemahaman tersebut ditafsirkan menjadi lima bagian: esposition, complication, climax, resolution / denouement, dan conclusion / catastrophe. Pada tahun 1863 Gustav Freytag menggambar piramida action memakai lima pembagian Aristoteles berdasar pada komplikasi dan penyelesaian yang menjadi rising action (munculnya aksi dramatis) sampai klimaks dan falling action (turunnya tensi permainan) sampai akhir.


Latihan!
1. Buatlah teks drama dari peristiwa nyata yang ada di sekelilingmu!
2. Sebutkan jenis-jenis drama?
3. Apa pengertian drama?